Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mendorong Indonesia untuk meningkatkan produksi pangan domestik sebagai respons terhadap kebijakan tarif timbal balik yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Arief menyatakan bahwa kebijakan tarif yang diterapkan oleh beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk lebih mandiri dalam produksi pangan dan mengurangi ketergantungan pada impor.
"Ketika nilai tukar mata uang tinggi dan harga pangan global meningkat, serta penerapan tarif tinggi oleh beberapa negara, bukan hanya oleh Donald Trump, ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk meningkatkan produksi dalam negeri," ungkap Arief dalam Rapat Koordinasi untuk Menjaga Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan Pasca-Idul Fitri 1446 Hijriah yang diadakan secara daring oleh Bapanas di Jakarta, pada hari Kamis.
Pernyataan tersebut disampaikan Arief saat awak media meminta pendapatnya mengenai kebijakan Presiden AS Donald Trump yang memberlakukan tarif dasar dan bea masuk baru kepada banyak mitra dagang, termasuk Indonesia yang terkena tarif timbal balik sebesar 32 persen.
Menanggapi hal ini, dia menekankan pentingnya meningkatkan cadangan pangan pemerintah, yang dapat digunakan untuk menjaga kestabilan harga pangan di pasar, terutama di daerah-daerah dengan permintaan yang lebih tinggi.
"Selanjutnya, penting untuk meningkatkan cadangan pangan pemerintah (CPP). Saya selalu menekankan pentingnya cadangan pangan pemerintah. Saya tidak akan bosan untuk mengulang hal ini," tegas Arief.
Salah satu langkah yang diambil adalah membeli produk pangan dengan harga yang bersaing dan menyimpannya dalam kondisi beku di cold storage, untuk digunakan ketika harga pangan meningkat tajam.
"Contohnya, saat harga karkas dan unggas hidup rendah, kami tetap membeli dengan harga yang baik, kemudian menggunakan airbrush freezer untuk menyimpannya dalam cold storage dalam kondisi beku," jelasnya.
Arief menambahkan, dengan strategi ini, produk unggas dapat dijual untuk intervensi di berbagai daerah yang mengalami harga tinggi, seperti di bagian timur Indonesia.
"Atau di beberapa daerah yang memang membutuhkan. Dengan demikian, harga dapat tetap stabil," tambah Arief.
Namun, dia juga menyatakan bahwa saat ini Bapanas sedang berfokus pada pencarian teknologi yang dapat memperpanjang masa simpan produk pangan, guna menghindari kerugian akibat penurunan kualitas selama distribusi.
"Tugas kami selanjutnya adalah mencari teknologi untuk memperpanjang masa simpan yang aman," ungkap Arief.
Presiden Trump pada Rabu (2/4) mengumumkan peningkatan tarif perdagangan terhadap negara-negara yang selama ini menikmati surplus neraca perdagangan dengan AS.
Berdasarkan data dari Gedung Putih, Indonesia menempati urutan kedelapan dalam daftar negara yang terkena kenaikan tarif AS, dengan besaran 32 persen.
Sekitar 60 negara akan dikenakan tarif timbal balik setengah dari tarif yang mereka terapkan terhadap AS.
Indonesia bukan satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang menjadi target kebijakan perdagangan AS tersebut.
Terdapat juga Malaysia, Kamboja, Vietnam, dan Thailand yang masing-masing mengalami kenaikan tarif sebesar 24 persen, 49 persen, 46 persen, dan 36 persen.
Kenaikan tarif yang telah lama disuarakan oleh Trump tersebut diumumkan dalam acara "Make America Wealthy Again" yang berlangsung di Rose Garden, Gedung Putih, pada hari Rabu waktu setempat.
Tarif universal yang diterapkan di era Trump diperkirakan akan mulai berlaku pada hari Sabtu (5/4), sedangkan tarif timbal balik yang ditujukan kepada sekitar 60 mitra dagang AS akan mulai diberlakukan pada hari Rabu (9/4).
TestUser
JXFhl qlc yaVSKuW sXk egdVvd XMjmAlE
Berita Terkait
Tag Terkait
404
404