Gambar: Dok/Kemenperin

Dorong Pertumbuhan Ekonomi Rakyat, Indonesia Berpeluang Mengembangkan Industri Pengolahan Sagu

Selasa, 30 Jul 2024

Kementerian Perindustrian terus berupaya untuk mempercepat pengembangan industri pengolahan sagu guna meningkatkan nilai tambah serta mendorong penyerapan tenaga kerja lokal, yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

“Optimalisasi pemanfaatan dan pengembangan komoditas sagu dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap penguatan ekonomi masyarakat Indonesia,” ungkap Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam sambutannya pada Simposium Nasional Industri Pengolahan Sagu di Jakarta, Senin (29/7).

Menteri Perindustrian menambahkan bahwa sagu dapat menjadi alternatif sumber karbohidrat, dan industri terkait dapat dikembangkan sehingga Indonesia berpotensi menjadi salah satu pemasok pati terbesar di dunia. “Pada tahun 2023, Indonesia berada di posisi kedua dengan nilai ekspor sekitar USD9 juta,” jelasnya.

Indonesia memiliki potensi lahan sagu yang sangat luas, dengan total 6,5 juta hektar lahan sagu di seluruh dunia, di mana sekitar 5,5 juta hektar atau 85%-nya terletak di Indonesia. Sebagian besar lahan sagu, sekitar 5,2 juta hektar, berada di Papua, meskipun saat ini pemanfaatannya masih tergolong rendah.

Menurut laporan Business Research Insight pada tahun 2031, pasar pati sagu di seluruh dunia diperkirakan akan mencapai USD 557,13 juta. Agus menambahkan bahwa hilirisasi industri sagu diharapkan tidak hanya berhenti pada pati sagu, tetapi juga dapat mendorong pertumbuhan produk hilir lainnya.

Selain itu, sagu dapat diolah menjadi berbagai produk, mulai dari produk pangan seperti pati sagu, mi, beras analog, modified starch, hingga produk non-pangan seperti bio packaging. Penguatan riset dan inovasi produk diharapkan juga dapat mendukung pengembangan hilirisasi sagu.

Menurut Menperin, sagu adalah salah satu komoditas yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan guna mencapai ketahanan pangan di Indonesia. Selain itu, sagu merupakan tanaman asli Indonesia yang menghasilkan pati terbesar dibandingkan dengan tanaman penghasil pati lainnya. Menperin juga menambahkan bahwa sagu merupakan komoditas yang ramah lingkungan karena memiliki laju penyerapan CO2 yang tinggi, sehingga dapat membantu dalam memperlambat pemanasan global.

Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian berkomitmen untuk terus meningkatkan hilirisasi komoditas sagu melalui pengembangan diversifikasi produk, fasilitasi kerja sama antara industri pengolahan sagu dengan industri pengguna, mendorong program sertifikasi TKDN, serta program restrukturisasi mesin atau peralatan bagi industri pengolahan sagu.

Kementerian Perindustrian juga berupaya untuk terus bersinergi dengan pemangku kepentingan lainnya, baik dari pusat maupun daerah, guna mempercepat pengembangan industri pengolahan sagu. Agus menyatakan, "Kami sangat terbuka terhadap usulan-usulan kebijakan agar industri pengolahan sagu dapat terus berkembang di Indonesia."

Simposium Nasional Industri Pengolahan Sagu ini melibatkan 14 narasumber dari berbagai instansi pemerintah, akademisi, dan praktisi. Selain itu, pameran juga diselenggarakan di Plaza Pameran Industri dengan diikuti oleh 21 peserta, terdiri dari 3 instansi pusat, 5 instansi daerah, dan 13 pelaku usaha pengolahan sagu.

Dalam acara ini juga dilaksanakan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama untuk Pengembangan Beras Analog Sagu Instan antara Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan, Kementerian Perindustrian dengan Pusat Riset Agroindustri, Badan Riset dan Inovasi Nasional.

"Penandatanganan ini mencerminkan komitmen dan keseriusan pemerintah dalam mendorong hilirisasi pengembangan industri pengolahan sagu, khususnya dalam pengembangan beras analog berbasis sagu," jelas Direktur Jenderal Industri Agro, Putu Juli Ardika.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Komentar